MENGGAPAI ASA BERSAMA CLC PEKAKA
Sabtu, 4 Agustus 2018 di Villa AJ Garden merupakan
awal pertemuanku bersama 46 delegasi terpilih vtic cylce 6 dari 28 universitas yang ada di Indonesia baik negeri
maupun swasta antara lain UIN Jakarta, UI, UNJ, IPB, UNSRI, UNILA, UNM, UNS,
UNDIP, UNY, UNBRAW, PEN Surabaya, UII, UNRAM, UNPATTI, UIN Surabaya, UMC,
UNNES, UNAIR, UISI, UNHAS, STKIP Garut, UPN Jatim, IAIN Salatiga, UNTAN, UGM,
UPI dan UNEJ. Kami mendapatkan pelatihan intensif pra keberangkatan selama dua
hari hingga tanggal 5 Agustus malam. Materi yang kami dapatkan antara lain
mengenai guru kreatif, kerelawanan, psikologi pendidikan, dongeng dan child protection yang disampaikan oleh
pemateri profesional di bidangnya. Dilanjutkan dengan belajar bersama materi
kepramukaan, paskibra dan baris-berbaris di lapangan dengan dipandu oleh
peserta yang mempunyai pengalaman di bidang tersebut. Kebetulan saya bersama
mas Ridwan dan mbak Riska memandu materi kepramukaan, saya sih cuman
ikut-ikutan saja hehe. Semua peserta melakukan gerakan dengan antusias dan
penuh keramaian.
Pelatihan juga telah dilakukan
sebelumnya di masing-masing regional. Hal ini tentunya dimaksudkan bahwa VTIC
Foundation memberikan yang terbaik untuk para peserta sehingga mereka lebih
siap dan sigap untuk diterjunkan ke lapangan untuk mengabdi kepada anak-anak
buruh migran di Sarawak, Malaysia. Selesai pelatihan kami semua disibukkan
dengan barang bawaan kami masing-masing karena kami dibatasi hanya boleh
membawa barang dengan berat maksimal 7kg. Bisa kita bayangkan bagaimana riweuh nya kita pada malam itu, beberapa
peserta rela meninggalkan barang bawaannya demi memilih membawa media
pembelajaran yang akan digunakan untuk mengajar di CLC nanti.
Dini
hari pada 6 Agustus 2018 kami telah tiba di bandara soekarno hatta, baik
peserta maupun panitia memang sangat lelah dan kurang tidur. Namun, hal itu
tidak menyurutkan niat dan semangat kami untuk berangkat menemui anak-anak. Di
sini pula kedua orang tua saya datang untuk menemui sebelum saya berangkat,
sejujurnya ini adalah momentum sejarah bagi saya. Bagaimana tidak ? Saya yang
biasanya pergi kemana-mana sendiri baik ke Purwokerto, Yogyakarta, Semarang,
Medan, Lombok dan Bali kini ditemani dan diantar lengkap oleh kedua orang tua
saya, perasaan haru senang sedih bercampur aduk. Terutama ayah saya, beliau
orangnya sangat acuh tak acuh, ini adalah pertama kalinya saya diantar olehnya.
Keajaiban !
Tibalah
kami di Kuala Lumpur, yeay saya seorang mahasiswa jurusan hubungan
internasional baru ke luar negeri saat semester 7, miris. Tapi, saya bahagia
karena saya mempunyai pengalaman yang berbeda dengan teman saya lainnya. Kami
disambut oleh Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk
Kerajaan Malaysia, Prof Ari Purbayanto, M.Sc juga diberikan wejangan dan
motivasi olehnya. Ia berpesan agar kita sebagai pemuda Indonesia bisa menjadi
pelopor perubahan, memahami lapangan dan memahami kehidupan global. “Semangat
lah kalian mengabdi untuk anak bangsa Indonesia, jangan hanya memberi edukasi
kepada anak-anak tetapi juga orang tuanya agar mereka sadar akan pentingnya
pendidikan” ujarnya.
Kemudian
perjalanan kami lanjutkan ke bandara Miri untuk melanjutkan perjalanan ke
Sarawak. Tidur di bandara merupakan salah satu pengalaman mengesankan bagi
saya. Alhamdulillah, kami semua lolos dari pemeriksaan imigran. Luar biasa vtic
cycle 6, SALUT ! Pembukaan dilaksanakan di CLC Ladang Tiga, kami disambut oleh
beberapa guru dari berbagai CLC juga disuguhi dengan makanan dan minuman yang
sangat nikmat saat kami lapar-laparnya. Acara dibuka oleh koordinator CLC
Sarawak, Pak Nasrulllah Ali Fauzi, M.Phil. Setelah itu kami semua berpisah
untuk ditempatkan di CLC masing-masing yang telah dibagi oleh panitia, tentunya
jarak setiap CLC berbeda antara satu dengan lainnya, paling jauh ialah CLC
Ladong dengan perjalanan kurang lebih selama 11 jam. Wow !
Saya bersama ketiga teman istimewa saya
yaitu Lisa, mahasiswa UNJ; Nurma, mahasiswa UISI dan Siti, mahasiswa UNTAN
berangkat ke CLC kami yaitu CLC Pekaka bersama kedua guru luar biasa, Pak Jun
dan Pak Rizki menggunakan ven (mobil). Sepanjang perjalanan kami saling
bercerita, kami semua sangat antusias untuk mendengarkan apa-apa yang
diceritakan oleh Pak Jun, maklum Pak Rizki duduk di depan jadi beliau
berbincang dengan Pak supir hehe. Pak Jun mengatakan bahwa anak-anak sudah
menunggu kami kurang lebih selama satu bulan, mereka terus menanyakan kapan
kami akan tiba di CLC Pekaka. Cerita ini lah yang mendorong saya semakin
bersemangat untuk berbagi ilmu kepada mereka.
Kedekatan saya bersama ketiga teman istimewa saya
dimulai saat kita belanja di Simpang U bersama kedua guru luar biasa. Kami
sangat salut kepada beliau karena begitu lihai dan cekatan dalam berbelanja
layaknya ibu rumah tangga. Kami pun membeli beberapa keperluan untuk memasak
dan lain-lain. Sebelum pulang, kami berempat memakan ice cream bersama. Asyiknyaaaa inilah awal keseruan kami. Saya
selalu mengabadikan apapun perjalanan dan momentum kita bersama baik berupa
foto maupun video di smartphone saya.
Sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh
pemandangan kelapa sawit, kanan kiri semuanya kelapa sawit. Perjalanan pun
sangat tenang dan sepi tidak seperti di ibu kota. Namun, masalah cuaca jangan
ditanya, panasnya sungguh luar biasa dan debu di mana-mana. Lisa selalu
mengatakan “berasa sedang di jalur gaza ya guys”
katanya. Saya pun menyetujuinya karena memang demikian kondisinya. Ven yang
kami naiki pun penuh dengan debu. Tapi, yakin 100% saya akan merindukan momen
dan suasana ini.
Yeay
akhirnya kami tiba di rumah tercinta, CLC
Pekaka is our beloved home. Semua rasa lelah kami hilang seketika setelah
berjumpa dengan budak-budak (anak-anak) yang langsung berteriak memanggil kami
“Ibu guruuuuu” disusul mereka menghampiri kami ke sekolah dan lanjut bermain
bersama. Bahagianya baru datang langsung disambut dengan canda tawa mereka yang
begitu bahagia. Azan maghrib berkumandang barulah mereka pulang.
Keesokan harinya kami dihipnotis oleh
penyambutan mereka. Sungguh, saya sangat kagum, bangga, dan salut kepada
mereka. Pak Jun dan Pak Rizki telah apik menyiapkan penyambutan untuk kami.
Saat masuk ke dalam kelas sudah terpampang tulisan “Selamat Datang Para Guru
VTIC di CLC Pekaka” yang ditulis oleh Hendry (6 SD), Faizal (6 SD) dan Sandry
(SMP). Dimulai dengan sambutan oleh Pak Rizki dilanjutkan dengan berbagai
penampilan dari anak-anak seperti pidato bahasa Indonesia (Sahril), story
telling SD (Andrian), story telling SMP (Agung), Menari berpasangan SD (Nur
Fitria dan Harisa), Menari berpasangan SMP (Sandry dan Cici), Menyanyi solo
(Vikram) dan terakhir modern dance oleh
gabungan siswi SD dan SMP. Penampilan tersebut kecuali modern dance juga akan ditampilkan nanti saat lomba KS2O atau
Kompetisi Sains, Seni dan Olahraga se-Sarawak di CLC Rajawali, 11-12 Agustus
2018. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan besar bersama, anak-anak telah
membawa makanan ringan maupun berat dari rumahnya masing-masing yang telah
disiapkan oleh orang tuanya. Sungguh hari ini adalah hari yang sangat menakjubkan
bagi saya, terlebih saat pertama kalinya menyanyikan bersama lagu kebangsaan
Indonesia Raya, tak terasa air mata menetes di pipi. Semangat anak-anak sungguh
patuh diacungi jempol. Keseruan kami serasa kami telah mengenal begitu lama dan
dekat dengan mereka. Kalian berhasil menghipnotisku tanpa bisa mengucapkan
untaian kata satu pun.
Hari selanjutnya, mulai 7 Agustus 2018 kami aktif
melangsungkan kegiatan belajar mengajar
(KBM) di kelas. Kegiatan selalu kami awali dengan senam bersama yang mana
anak-anak sudah sangat hafal dan lihai menggerakannya, disebut dengan senam
seribu. Lalu, saya menambahkan senam pinguin kepada mereka. Tidak kalah serunya
mereka juga sangat antusias menirukan gerakan yang saya praktikkan, mereka
semua tertawa karena gerakannya memang lucu. Kebahagiaan sangat begitu jelas di
wajah mereka hingga hari-hari selanjutnya kami selalu melakukan senam seribu
juga senam pinguin sebelum KBM berlangsung.
Kami bertiga menggunakan sistem rolling untuk mengajar anak-anak karena
hanya terdapat tiga kelas sebagaimana telah diceritakan di bab “kegiatan
pengajaran di CLC Pekaka”. Kami berempat selalu menyiapkan materi terbaik untuk
anak-anak lengkap dengan ice breaking apa
saja yang akan kami sajikan untuk mereka. Senangnya saat saya memberikan ice breaking “Tepuk Banana” anak-anak
sangat semangat menirukan gaya saya bahkan mereka selalu minta diulang lagi dan
lagi. Tak kalah serunya saat saya memberikan sistem poin bintang anak-anak
selalu antusias untuk maju ke depan baik untuk memimpin kelas maupun
mengerjakan soal di papan tulis. Semuanya berebutan. Tak mau kalah bahkan
sampai-sampai mendorong saya. Sungguh kalian luar biasa nak !
Pengajaran yang tidak pernah akan saya lupakan
adalah saat saya memberikan materi pohon impian bertema “Berani Bermimpi Besar”
kepada kelas besar yaitu kelas 4,5 dan 6 pada hari pertama. Mereka begitu antusias saat diminta untuk menuliskan cita-cita
mereka di kertas kecil yang telah saya bagikan diawali dengan kalimat “Saya
Ingin Menjadi.......”. Hasilnya yakni 8 siswa ingin menjadi guru, 2 siswa
dokter, 3 siswa tentara nasional Indonesia (TNI), 1 siswa pelukis, 1 siswa
penyanyi, 4 siswa pemain bola dan 1 siswa polisi. Saat saya bertanya apakah
mereka ingin bersekolah di Indonesia, semuanya menjawab dengan yakin “Iya ingin
bu guru”. Namun, saat saya bertanya apakah mereka yakin dengan impian mereka,
beberapa menjawab sangat yakin, ada pula yang masih ragu-ragu bahkan ada yang
tidak yakin. Saya pun langsung meyakinkan mereka dengan strategi “kehebatan
sugesti”. Saya memandu mereka dengan bertanya “Apakah kalian yakin bisa kuliah
di Indonesia dan bisa meraih cita-cita kalian?” dengan jawaban “Yakin, Bisa,
Bisa, Bisa, Yes Sang Juara !” dengan suara sangat lantang lalu dilanjutkan
dengan tepuk tangan bersama dengan tingkatan bunyi tepukan dari paling rendah
hingga paling meriah. Hasilnya mereka menjadi 100% yakin dengan impiannya
masing-masing. Saya meminta mereka agar terus yakin dengan cita-citanya
masing-masing, jangan pantang menyerah dan terus berjuang serta giat belajar untuk
meraihnya.
Pengajaran lain yang tidak kalah menarik adalah saat saya mengajar
siswa/i SMP yang berjumlah 10 anak. Hari pertama saya mengajar mereka mengenai
Indonesia, saya menuliskan satu kata “Indonesia” dan meminta mereka
mendeskripsikan apapun yang ada dalam benak mereka tentang Indonesia. Cerita
mereka variatif, ada yang hanya sedikit ceritanya ada yang satu halaman penuh
kertasnya kemudian saya meminta masing-masing mereka untuk menceritakan di
depan kelas. Saya pun lanjut bercerita tentang Indonesia kepada mereka dan
mereka antusias mendengarkan. Kelas saya lanjutkan dengan belajar matematika
seperti pada umumnya. Hari kedua,saya memberikan pelatihan editing video by smartphone dengan menggunakan fitur aplikasi filmora Go. Saya membagi 9 anak ke dalam
4 kelompok karena satu siswa tidak masuk kelas dan mereka saya perintahkan
untuk membuat video dengan tema kehidupan sehari-hari maupun lingkungan
sekitar. Hasilnya mereka membuat video dengan judul lingkungan CLC Pekaka,
lingkungan sekolahku,lingkungan sekitar perumahan dan latihan futsal dan skill.
Alhamdulillah mereka begitu menikmati dan memahami dengan materi yang saya
sampaikan bahkan di acara perpisahan puisi Siti Nurhaliza mengatakan bahwa ia
sangat senang diajari cara mengedit video oleh saya.
11-12 Agustus 2018 menjadi salah satu
hari bersejarah bagi kami, alhamdulillah CLC Pekaka berhasil menjadi juara umum
pada ajang perlombaan KS2O. Ini semua berkat usaha dan kerja keras Pak Jun, Pak
Rizki dan anak-anak. Saya bersama ketiga teman saya hanya membantu memantapkan
latihan mereka selama kurang lebih tiga hari dan yang terpenting bagi saya
adalah memberikan motivasi terus menerus kepada mereka agar tidak
menyia-nyiakan kesempatan emas ini sebagai upaya untuk membahagiakan orang tua
mereka masing-masing juga tentunya Pekaka tercinta. Bahkan saya memandu mereka
dengan jargon “CLC Pekaka? Bisa Bisa Yes. Sang Juara” Setiap kali menonton
perlombaan kita mengucapkan bersama-sama jargon tersebut untuk meningkatkan
semangat yang membara.
Terdapat kisah unik kepada ketiga anak didik saya,
yaitu Midah, Andrian dan Agung. Sejujurnya saya merasa bersalah tidak bisa
menyaksikan Andrian dan Agung saat tampil lomba story telling di panggung utama dikarenakan saya bersama Lisa
sedang menata rias wajah murid yang akan menyanyi dan menari. Sebenarnya saya hanya menyiapkan apa-apa peralatan make-up yang diperlukan oleh Lisa karena
saya tidak ahl i dalam bidang tersebut. Hehe. Singkat kata sebagai
permintaan maaf, saya mentraktir ketiga anak didik saya es seadanya yang dijual
di sana juga sebagai penghargaan karena mereka telah berusaha semaksimal
mungkin untuk perlombaan ini. Selama latihan saya tahu betul bagaimana usaha
mereka; Midah selalu saya ajarkan untuk mengerjakan soal-soal Kewarganegaraan bahkan
saya mengajarkannya mengenai Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan sedikit
mengenai TAP MPR; Andrian yang begitu cekatan dalam menangkap apa-apa yang saja
ajarkan seperti bagaimana seharusnya ekspresi, intonasi maupun pelafalan kata
cerita “Lion and the Mouse”; Agung yang terus saya dorong untuk semakin
menghafalkan kata demi kata yang sudah tertulis di kertas, ia mengangkat cerita
“Malin Kundang”.
Setelah selesai berlomba Midah dan Andrian
menghampiri saya mengucapkan terima kasih dan menunjukkan wajah gembira.
Berbeda halnya dengan Agung yang cenderung murung saat saya hampiri, ternyata
ia baru saja menangis karena tidak maksimal dalam performance. Rasa haru sangat ada dalam diri saya, saya sangat
bangga kepada mereka, Midah dan Andrian sudah menampilkan yang terbaik, Agung
sudah menyadari kesalahannya. Namun, lagi-lagi saya memberikan dukungan kepada
mereka dengan mengatakan “apapun hasilnya, kalian sudah menampilkan yang
terbaik. Kalah dan menang dalam kompetisi itu hal biasa. Ibu bangga sama kalian”
mereka pun mengiyakan dan tenang setelah mendengar nasehat saya.
Tak disangka CLC Pekaka berhasil membawa pulang 10 trophy (4 emas, 2 perak dan 4 perunggu)
antara lain juara 1 diraih oleh Midah (olimpiade sains dan wawasan nusantara);
Vikram (menyanyi solo); Bayu (bulutangkis SMP putra). Juara 2 disabet oleh
Andrian (story telling tingkat SD) dan Azrul (catur SMP). Sedangkan juara 3
didapatkan oleh Sahril (pidato bahasa Indonesia SD); Nurhaliza (menyanyi solo
SMP); Agung (story telling tingkat SMP); dan Sandry dan Cici (menari
berpasangan SMP). Semua murid CLC Pekaka memang hebat, ada Ramadhan, perwakilan
lomba olimpiade Matematika tingkat SMP; Haikal matematika tingkat SD; Rahul
olimpiade sains tingkat SMP; Ikhwan melukis SD dan menari berpasangan Nur Fitria
dan Harisa tingkat SD. Yakinlah kita semua sudah bangga dengan usaha kalian !
17 Agustus 2018 adalah momentum sejarah bagi kita
semua, tak terkecuali saya. Tak pernah terbayangkan akan merayakan hari
kemerdekaan Republik Indonesia di negeri orang. Upacara begitu terasa khidmat.
Bendera merah putih dibentangkan ol eh petugas paskibra. Iya di sini kami tidak boleh
mengibarkan bendera merah putih hanya bentangkan saja. Lagu kebangsaan
Indonesia Raya dinyanyikan oleh kita semua diiringi dengan instrumen sangat
membuatku begitu tersentuh, haru luar biasa. Air mata menetes di pipi, sesak
dada ini. Terlebih saat menyanyikan lagu “Hari Merdeka” atau 17 Agustus,
anak-anak begitu penuh semangat dan antusias. Hal ini menyadarkan saya bahwa di
mana pun kita menginjakkan kaki, Indonesia selalu di hati. Kami semua bangga
jadi anak Indonesia ! Rangkaian acara perlombaan telah kami siapkan. Terdapat
11 jenis perlombaan yang kami bagi menjadi dua hari, Jumat dan Sabtu. Anak-anak
pun sangat antusias mengikuti perlombaan tersebut. DIRGAHAYU INDONESIAKU ke-73
tahun !
22 Agustus 2018 hari umat islam merayakan hari
besarnya yaitu Idul Adha 1439 H. Bagi saya ini adalah kali kedua saya merayakan
momentum Idul Adha jauh dari orang tua. Pertama, di kampung Inggris, Pare,
Kediri pada 2014. Kedua, saat ini bersama keluarga CLC Pekaka tercinta. Seperti
biasa kami mengawali dengan melaksanakan sholat Idh di surau (mushola)
al-Ikhlas, hanya Nurmawati yang menunggu seorang diri di rumah karena
kedatangan tamu agung. Hehe. Selanjutnya kami telah dihampiri oleh beberapa
wali murid untuk berkunjung ke rumahnya. Dalam sehari kami berkunjung ke 11
rumah dengan dihidangkan makanan berat baik khas suku bugis maupun suku sambas.
Jangan bayangkan bagaimana kondisi perut kami. Cukup doakan semoga berat badan
saya bertambah. Aamiin
Time
flies so fast. Hari demi hari
saya menikmati hari-hari bersama anak-anak. Pagi hingga siang hari kami KBM di
kelas, siang hari pulang sekolah mereka datang kembali ke kantor setelah
berganti pakaian untuk sekadar bermain bersama kami, baik bermain catur,
badminton, ular tangga, tebak-tebakan dan permainan lainnya maupun sekadar
saling bercanda tawa bersama. Mereka sangat senang dengan adanya kehadiran
kami. Tak jarang mereka bermain di kantor hingga malam hari. Sungguh hari-hari
saya padat bersama mereka dan saya sangat menikmatinya. Saya bersama
teman-teman juga terkadang ikut mereka bermain di sekitar rumah mereka sambil
lihat sekeliling rumah warga. Jikalau kami mau jajan di kantin pun mereka
menemani. Rasa sayang anak-anak kepada kami tidak bisa saya deskipsikan dengan
kata-kata. Tetapi perlu diketahui bahwa setiap harinya ada saja tingkah laku
mereka yang membuat saya bungkam seribu bahasa.
Semakin dekat dengan hari perpisahan, saya
mendapatkan berbagai kejutan dari anak-anak. Saya ingat betul saat salah satu
anak saya bernama Via, kelas 2 SD membisikkan kata dengan pelan kepada saya
saat saya menjadi Master of Ceremony (MC) pada acara perlombaan 17 Agustus “bu
tutup mata ibu dong”perintahnya. Saya pun bertanya “wah kenapa nak” ia langsung
menjawab dengan suara manjanya “Sudah tutup saja mata ibu” saya pun mengiyakan
dan menutup mata. “sekarang buka mata ibu”perintahnya lagi. Saat saya membuka
mata sudah ada bunga di genggaman tangannya “ini bunga spesial untuk ibu Mawar”
katanya manjah. Saya langsung speechless dalam
hati saya bicara ”saya aja belum pernah dapatkan bunga dari lelaki, ini anak
kecil romantis sekali”. Anak yang begitu polos memberikan bunga yang ia ambil
di jalan, katanya ia mengingat saya dan memetiknya untuk saya. Cara yang begitu
sederhana namun istimewa bagi saya. Hingga detik ini bunga itu masih saya
simpan rapi di tas. Kemudian saya juga mendapatkan hadiah pensil warna dari
Ralisya, katanya saya harus menyimpannya sampai kapanpun.
Kejutan lainnya saya dapatkan saat sesi penulisan
kesan dan pesan. Terkejut saya saat membaca isi pesan mereka, ada yang lucu,
lugu dan menggemaskan juga mengharukan. Uniknya beberapa anak seperti Riska,
Nur Fitria dan Harisa menulis sangat senang diajarkan senam pinguin dan holahop
oleh saya. Misdi mengatakan sangat senang saat diajarkan matematika. Haikal,
Ikhwan dan Sarmin sangat senang saat menyanyikan lagu-lagu kebangsaan bersama
saya. Midah dan Andrian mengucapkan terima kasih karena saya telah mengajarkan
mereka untuk persiapan KS2O. Anak-anak kelas 2 dan 3 mereka menggambar untuk
saya baik di kertas maupun papan tulis. Kebanyakan mereka menggambar bunga
karena itu nama saya, sebagian besar menggambar gajah karena kata mereka
mengikuti gambar yang ada di tas saya. Wow mereka sungguh perhatian. Namun,
kata-kata mereka yang selalu terngiang di kepalaku adalah mereka semua
mengatakan sangat sedih saya tinggalkan bahkan ada anak yang memberi syarat
bahwa saya boleh pergi asalkan kembali lagi ke sana. Mereka juga menulis di
papan tulis “I love bu Mawar”; “Saya Sayang Ibu Mawar”; “Kita semua cinta ibu
Mawar” dan masih banyak lagi dengan kapur warna warni membuat tulisan mereka
semakin hidup dan menarik.
Hari perpisahan tiba, tepat satu hari
sebelum keberangkatan Jambore Anak Indonesia Malaysia Zona Sarawak atau
disingkat JAIM ZORA 2018 tahun kedua. 24 Agustus 2018 menjadi hari yang sangat
menyedihkan. Pukul 06 pagi mereka sudah datang ke sekolah. Saya dan teman-teman
sedang bersiap-siap. Mereka semua sudah menunggu kami di luar kantor. Saat saya
keluar mereka langsung menghampiri dan memeluk saya. Akhirnya saya pun mengajak
mereka masuk ke kelas karena kita akan melangsungkan acara perpisahan.
Lagi-lagi Pak Jun dan Pak Rizki telah merancang acara perpisahan untuk kami.
Anak-anak menyanyikan lagu “Terima kasihku” bersama-sama. Mereka semua memegang
kertas lirik lagu tersebut yang sudah difotokopi. Tidak kuat saya mendengarnya,
anak-anak pun bernyanyi sambil meneteskan air mata. Mereka menangis sesegukan.
Tidak sanggup saya menatapnya. Saya pun menghampiri satu per satu dan mencoba
untuk menenangkan tetapi tetap saja mereka menangis.
Pelukan
anak-anak begitu terasa erat, saya pun rasanya tidak ingin melepaskan. Saya
masih ingin dan terus ingin bersama mereka. Saya bahagia melihat kebahagiaan
mereka. Saya ingin menemani hari-hari mereka, belajar dan bermain bersama
mereka adalah anugerah luar biasa bagi saya. Namun, inilah waktunya. Kami
diharuskan untuk berpisah. Saya bersama ketiga teman saya lainnya dipersilahkan
untuk menyampaikan kesan dan pesan ke depan kelas. Saya bersugesti bahwa saya
tidak boleh menangis, saya justru harus menghidupkan suasana kelas agar ceria
kembali. Walaupun tidak 100% berhasil tetapi setidaknya saya sudah bisa melihat
sedikit senyuman mereka di wajahnya.
Saya
pun dibuat terharu oleh kedua guru, rasanya saya tidak mampu mengucapkan rasa
terima kasih saya kepada mereka. Mereka sangat berjasa, tanpa Pak Jun dan Pak
Rizki saya tidak bisa melakukan apa-apa di sini. Pak Rizki telah merelakan
kamarnya untuk kami berempat, beliau tidur di ruangan tengah maupun di dalam
kelas. Pak Jun, laptopnya selalu saya pinjam baik pagi,siang,sore maupun malam
untuk mengerjakan laporan maupun editing
video. Kedekatan kami sangat begitu terasa, mereka sudah saya anggap bapak
sendiri. Tidak ada batasan bagi kami untuk saling bercerita. Saya dan ketiga
teman saya juga pernah diajak makan durian langsung dari pohonnya di rumah
asisten manager, rumah yang seharusnya untuk tempat tinggal kami tetapi kami
tidak mau karena suasananya begitu seram. Tidak ada rumah selain rumah itu,
kanan kiri hanyalah dikelilingi pohon kelapa sawit juga jauh dari sekolah
apalagi rumah anak-anak. Di rumah manager pula saya mengetahui kisah perjuangan
Pak Jun untuk bisa mengajar di sini melalui berbagai seleksi yang sangat sulit.
Apalagi beliau baru saja mendapatkan musibah kemalingan. Namun, semangat dan
kegigihannya berhasil mengantarkan beliau menjadi pengajar di Sarawak.
Kejutan dari kedua guru yang saya
dapatkan adalah kita diberikan cinderamata kenang-kenangan berupa sertifikat
penghargaan dan boneka imut sekali. Saya bahkan tidak membayangkan akan
mendapatkan hadiah seistimewa itu. So
unpredictable and out of box. Keduanya sungguh sangat perhatian kepada
kami. Dalam jiwa Pak Rizki sangat terlihat kepemimpinannya yang begitu mantap
saat mengambil keputusan. Beliau sangat menggambarkan pepatah Talk less Do more. Beliau ini memang
jarang basa-basi namun langsung mengambil tindakan nyata di luar dugaan dan
prediksi kami. Sedangkan Pak Jun sangat terlihat jiwa bijaksananya dan
pelindung layaknya seorang Bapak. Nasehatnya selalu pas dengan yang apa-apa
saya alami bahkan beliau selalu membantu saya dalam menyusun laporan kegiatan
ini. Lagu “terima kasihku” rasanya tidak cukup untuk menggambarkan rasa terima
kasih saya kepada kalian. Saya berdoa semoga Allah membalas kebaikan kalian.
Aamiin
Perpisahan yang sesungguhnya saya rasakan saat acara
JAIM ZORA yang mana acara tersebut saya juga bisa bertemu dan sedikit
berbincang dengan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Malaysia, Bapak
Rusdi Kirana. Kemudian tepat pukul 10 malam tanggal 26 Agustus hingga pukul 01
pagi 27 Agustus 2018 kami pisah dengan anak-anak maupun bapak ibu guru 16 CLC
di Sarawak juga para pejabat pemerintah Indonesia yang ada di Sarawak,
Malaysia. Tangisan dan pelukan menghiasi malam perpisahan t ersebut.
Anak-anak tiada henti-hentinya menangis sesegukan sambil memeluk erat kami.
Saya pun nangis memeluk mereka sambil memberikan motivasi dan nasehat agar
mereka terus semangat belajar meraih cita-cita. Kesedihan juga terlihat di
wajah Pak Jun dan Pak Rizki. Mereka berdua memang tidak menangis tapi saya bisa
merasakan hal itu. Saya pun sedih meninggalkan Bapak dan anak-anak. Rasanya
saya sangat ingin masih menetap bersama mereka. Vikram, salah satu murid
teladan langsung menghilang paska memeluk kami. Ia tak sanggup untuk menatap
kami kembali. Perilaku dia yang sangat sopan dan patuh kepada guru, ia juga
sering membantu Pak Jun dan Pak Rizki di sekolah bahkan sampai menginap di
kantor membuat saya selalu mengingatnya. Anak-anak lainnya yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu namanya juga akan selalu terngiang dalam kotak memori
saya.
Saya juga merasakan kesedihan begitu dalam karena
akan berpisah dengan ketiga keluarga istimewa saya, Lisa, Nurma dan Siti.
Hampir 3 minggu lamanya kita berempat satu kamar, satu kasur dempet-dempetan.
Saya yang selalu tidur belakangan. Saya akan selalu ingat saat kita sholat berjamaah
bareng, mengaji yasin bareng, berbagi tugas satu sama lain hanya saja cuman
saya yang tidak bisa memasak hehe tugas saya untuk mengedit video, begadang
demi menyiapkan keperluan esok hari baik untuk pembelajaran maupun perlombaan
17 Agustus. Begitu banyak kisah yang kita lewati bersama. Nurma yang selalu start bangun tidur terlebih dahulu yang
selalu membangunkan kami bertiga; Lisa yang sangat lihai dalam menirukan gaya
bahasa dan ekspresi orang lain saat berbicara; dan Siti yang hobi sekali melawak
meskipun terkadang garing tetapi tetap saja saya selalu ketawa, gaya bahasanya
begitu kental dengan ciri khas madura juga terkadang kalimantan yang selalu
membuat kami bertiga tertawa saat mendengarnya bercakap dengan keluarganya
melalui telepon pintarnya. Semoga Allah mengizinkan kita untuk berjumpa lagi
dan mengukir kisah indah bersama kembali. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar